Desain Tema Sustainable
Friday, 12 August 2011
PENERAPAN SISTEM DAUR ULANG AIR HUJAN PADA WISMA ATLET SENAYAN
By : Hadianto Tionery - 1100055436
Pada perancangan wisma atlet ini untuk memenuhi kebutuhan 85% air untuk flushing urinoir dan toilet, maka akan dibuat total luasan penangkap hujan baik atap, fasade, maupun payung-payung hujan sebesar 2000 m2, sedangkan untuk luasan tangki dan pompa membutuhkan luasan ruang sebesar 537,5 m2.
Penyusun menggunakan atap miring yang memiliki sudut kemiringan 30-40 derajat dengan bahan metal dan fiberglass (yang memiliki koefisien run off yang sesuai sehingga tidak terlalu menyerap air hujan, melainkan hanya menyalurkannya saja) untuk memaksimalkan air hujan agar bisa tertampung lebih banyak dengan besaran / luasan atap yang sesuai dengan perhitungan.
Konsep desainnya yaitu atap dibuat agar mampu menampung air hujan yang datang dari segala arah dengan membuat kemiringan atap terhadap 4 sisi, yaitu utara selatan timur dan barat. Air di atap hunian akan langsung disaring kemudian disimpan di tangki penyimpanan air pada atap sehingga air yang telah disaring bisa langsung disalurkan ke wc dan toilet dengan sistem gravitasi tanpa menggunakan pompa.
Pada fasade dibuat penangkap air hujan yang bentuknya seperti kanopi tapi memiliki bentuk yang seperti bak sehingga mampu menangkap air hujan. Bak-bak air ini juga dibuat selang seling setiap lantai agar mampu menangkap air hujan secara maksimal. Air hujan yang sudah tertampung nantinya akan disalurkan ke tangki air di bawah dengan downspout kemudian dipompa ke wc untuk flushing toilet dan urinoir.
Salah satu penerapan rainwater harvesting di tapak wisma atlet senayan yaitu dengan dibuatnya payung-payung penangkap hujan di halaman sehingga mampu menampung air hujan yang jatuh ke tanah kemudian disalurkan ke tangki penyimpanan di bawah tanah lalu difilter agar bersih. Setelah itu, air kemudian dipompa ke atas dan disalurkan ke toilet dan urinoir.
PENERAPAN SUSTAINABLE BUILDING BERBASIS KONSERVASI AIR PADA WISMA ATLET SENAYAN JAKARTA PUSAT
By : Soni Subaryono - 0800768000
Bangunan Wisma Atlet yang tanggap dengan konservasi air ini memiliki beberapa unsur penting, antara lain :
1.Memanfaatkan daur ulang air hujan sebagai flushing toilet.
2.Limbah cair dan padat didaur ulang untuk kebutuhan lansekap.
3.Desain atap mampu menangkap air hujan dalam 90 menit untuk memenuhi seluruh kolam
2.Limbah cair dan padat didaur ulang untuk kebutuhan lansekap.
3.Desain atap mampu menangkap air hujan dalam 90 menit untuk memenuhi seluruh kolam
penampung.
4.Kapasitas kolam penampung dapat digunakan untuk 1 bulan, menghindari musim kemarau
4.Kapasitas kolam penampung dapat digunakan untuk 1 bulan, menghindari musim kemarau
dibulan tertentu.
5.Basement tidak diaplikasikan pada bangunan ini, area terbuka hijau yang maksimal, material
5.Basement tidak diaplikasikan pada bangunan ini, area terbuka hijau yang maksimal, material
grassblock untuk perkerasan. Hal ini untuk memaksimalkan area resapan air hujan pada tapak.
Bangunan setinggi 22 lantai dengan 2 lantai podium dan 20 lantai unit hunian, memiliki 372 unit kamar dengan kapasitas 2 orang atlet tiap kamar.
PERANCANGAN BANGUAN HEMAT ENERGI DENGAN PENDEKATAN PERANCANGAN KOMUNITAS BERKELANJUTAN PADA WISMA ATLET di SENAYAN
By : Fina Aztynov - 1000886960
Dengan konsep alami, menggunakan sistem cross ventilatiom. Maka diharapkan bangunan ini dapat mendukung konsep hemat energi yang diterapkan. Pemakaian material yang ramah lingkungan serta beberapa pertimbangan estetika desain yang mempengaruhi perletakan komunal area.
Dalam bangunan ini terdapat dua bagian taman yang masing-masing berepran penting dalam menciptakan kenyamanan, keasrian serta fungsionalnya sebagai pengaplikasiaan green architecture, yakin: sky corner Garden dan sky centre Garden.
Pengaplikasian taman pada bangunan ini dimaksudkan sebagai fasilitas para atlet untuk kumpul bersama. Serta fungsinya sebagai taman kota, gunan mngurangi polusi yang ada di jakarta. Dengan pengaplikasian beberapa pohon peneduh, sehingga membuat udara disekitarnya menjadi sejuk dan menjadikan ligkungan menjadi lebih asri.
Sky Corner Garden, terletak pada sudut bangunan dan fungsinya sebagai ruang komunal para atlet. Serta sebagai pengaplikasian penghijauan, dengan pengaturan beberapa ornamen tanaman sebagai ruang pembentuk imajiner, sehingga area tersebut menciptakan micro climate.
Dengan konsep alami, menggunakan sistem cross ventilatiom. Maka diharapkan bangunan ini dapat mendukung konsep hemat energi yang diterapkan. Pemakaian material yang ramah lingkungan serta beberapa pertimbangan estetika desain yang mempengaruhi perletakan komunal area.
Dalam bangunan ini terdapat dua bagian taman yang masing-masing berepran penting dalam menciptakan kenyamanan, keasrian serta fungsionalnya sebagai pengaplikasiaan green architecture, yakin: sky corner Garden dan sky centre Garden.
Pengaplikasian taman pada bangunan ini dimaksudkan sebagai fasilitas para atlet untuk kumpul bersama. Serta fungsinya sebagai taman kota, gunan mngurangi polusi yang ada di jakarta. Dengan pengaplikasian beberapa pohon peneduh, sehingga membuat udara disekitarnya menjadi sejuk dan menjadikan ligkungan menjadi lebih asri.
Sky Corner Garden, terletak pada sudut bangunan dan fungsinya sebagai ruang komunal para atlet. Serta sebagai pengaplikasian penghijauan, dengan pengaturan beberapa ornamen tanaman sebagai ruang pembentuk imajiner, sehingga area tersebut menciptakan micro climate.
PENERAPAN KENYAMANAN THERMAL DENGAN VENTILASI ALAMI PADA WISMA ATLET di SENAYAN
By : Michael - 1100000891
BENTUK MASSA LENGKUNG BERFUNGSI UNTUK MEMBELOKAN ARAH DATANG ANGIN YANG MENERPA LANGSUNG KEBANGUNAN.
BENTUK MASSA LENGKUNG DAPAT MENCIPTAKAN PEMBAYANGAN YANG LEBIH BANYAK PADA AREA TAPAK KARENA CAHAYA MATAHARI YANG MENGENAI MASSA BANGUNAN. SEHINGGA AREA PUBLIK DISEKITAR TAPAK DAPAT TERJAGA DARI SINAR MATAHARI LANGSUNG.
BENTUK MASSA LENGKUNG PADA BANGUNAN BERFUNGSI UNTUK MENAMPILKAN BENTUK MASSA YANG LEBIH DINAMIS.
KONSEP GUBAHAN MASSA MENGACU PADA 3 TEORI ARSITEKTUR YAITU :
· Work of art à suatu produk bangunan merupakan suatu karya seni
· Kenyamanan psikis & fisik à suatu bangunan harus dapat menciptakan kenyamanan bagi Penghuninya baik jiwa dan raga (jasmani & rohani)
BENTUK MASSA LENGKUNG BERFUNGSI UNTUK MEMBELOKAN ARAH DATANG ANGIN YANG MENERPA LANGSUNG KEBANGUNAN.
BENTUK MASSA LENGKUNG DAPAT MENCIPTAKAN PEMBAYANGAN YANG LEBIH BANYAK PADA AREA TAPAK KARENA CAHAYA MATAHARI YANG MENGENAI MASSA BANGUNAN. SEHINGGA AREA PUBLIK DISEKITAR TAPAK DAPAT TERJAGA DARI SINAR MATAHARI LANGSUNG.
BENTUK MASSA LENGKUNG PADA BANGUNAN BERFUNGSI UNTUK MENAMPILKAN BENTUK MASSA YANG LEBIH DINAMIS.
KONSEP GUBAHAN MASSA MENGACU PADA 3 TEORI ARSITEKTUR YAITU :
· Work of art à suatu produk bangunan merupakan suatu karya seni
· Kenyamanan psikis & fisik à suatu bangunan harus dapat menciptakan kenyamanan bagi Penghuninya baik jiwa dan raga (jasmani & rohani)
· Hemat pemakaian energy à bangunan selain indah dan nyaman juga harus dapat memberikan kontribusi berupa hemat energy pemakaian listrik demi menjaga lingkungan dan alam dari penggunaan SDA yang tidak dapat diperbaharui.
PENERAPAN KONSEP HEMAT ENERGI DENGAN MENGGUNAKAN DOUBLE SKIN FACADE PADA BANGUNAN WISMA ATLET
By : Adhi - 0800753005
Double Skin Façade yang di aplikasikan pada bangunan wisma atlet mempunyai tujuan mengurangi radiasi matahari yang masuk tetapi memaksimalkan cahaya matahari yang masuk ke dalam bangunan. Double skin façade pada bangunan ini mempunyai jarak antara kaca utama dengan kaca insulasi sebesar 75 cm, dengan tujuan untuk memudahkan angin yang memasuki lorong angin tersebut, angin ini berguna untuk membawa radiasi yang berada pada kaca paling luar ( kaca Insulasi ) bersama angin agar mencegah radiasi sampai pada kaca utama pada kamar wisma atlet.
PEREMAJAAN WISMA ATLET BERBASIS ARSITEKTUR HEMAT ENERGI DENGAN PENGOPTIMALISASIAN RANCANGAN BUKAAN UNTUK MENCAPAI KENYAMANAN TERMAL di SENAYAN
By : Bella - 1100051160
Rencana peremajaan Wisma Atlet di Senayan didorong oleh adanya kebutuhan akomodasi penginapan bagi atlet yang mengikuti Pelatnas dan kegiatan olahraga lainnya seperti Kejurnas, Raker, Kongres Induk Organisasi Olahraga di Kompleks Gelora Bung Karno. Peremajaan ini harus mempertimbangkan semua aspek perencanaan agar memeberikan kontribusi positif terhadap kondisi di sekitarnya. Setelah dilakukan pengukuran suhu, kelembapan, dan kecepatan udara dalam bangunan, penulis dapat mengetahui bahwa permasalahan yang ada pada wisma atlet di Senayan adalah kenyamanan termal. Maka dari itu, penulis menilai perlu adanya perancangan bukaan yang optimal pada bangunan ini untuk mencapai kenyamanan termal.
Tujuan dari penelitian dan perancangan ini adalah menghadirkan bangunan hemat energi dengan optimalisasi rancangan bukaannya. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental. Penulis melakukan analisa simulasi suhu, kelembapan, dan kecepatan udara yang dikaitkan dengan luas bukaan terhadap dinding dengan bantuan software Design Builder.
Model yang digunakan adalah satu denah tipkal yang disimulasikan dan diubah variabelnya. Variabel tersebut terdiri dari single glazing, double glazing, dan triple glazing, serta kisi-kisi dan overhang 1 meter. Dari variabel tersebut didapat 9 hasil simulasi. Rancangan yang paling optimal adalah yang paling mendekati diagram kenyamanan termal, yaitu dengan menggunakan triple glazing, kisi-kisi, dan overhang 1 meter. Diagram yang didapat belum dapat menunjukan bahwa kondisi tersebut sudah mencapai kenyamanan termal. Hal ini terjadi karena simulasi dalam keadaan tertutup. Oleh karena itu, untuk menurunkan kelembaban, hal yang bisa dilakukan adalah membuka jendela atau menggunakan kipas angin untuk meningkatkan kecepatan udara.
Rencana peremajaan Wisma Atlet di Senayan didorong oleh adanya kebutuhan akomodasi penginapan bagi atlet yang mengikuti Pelatnas dan kegiatan olahraga lainnya seperti Kejurnas, Raker, Kongres Induk Organisasi Olahraga di Kompleks Gelora Bung Karno. Peremajaan ini harus mempertimbangkan semua aspek perencanaan agar memeberikan kontribusi positif terhadap kondisi di sekitarnya. Setelah dilakukan pengukuran suhu, kelembapan, dan kecepatan udara dalam bangunan, penulis dapat mengetahui bahwa permasalahan yang ada pada wisma atlet di Senayan adalah kenyamanan termal. Maka dari itu, penulis menilai perlu adanya perancangan bukaan yang optimal pada bangunan ini untuk mencapai kenyamanan termal.
Tujuan dari penelitian dan perancangan ini adalah menghadirkan bangunan hemat energi dengan optimalisasi rancangan bukaannya. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental. Penulis melakukan analisa simulasi suhu, kelembapan, dan kecepatan udara yang dikaitkan dengan luas bukaan terhadap dinding dengan bantuan software Design Builder.
Model yang digunakan adalah satu denah tipkal yang disimulasikan dan diubah variabelnya. Variabel tersebut terdiri dari single glazing, double glazing, dan triple glazing, serta kisi-kisi dan overhang 1 meter. Dari variabel tersebut didapat 9 hasil simulasi. Rancangan yang paling optimal adalah yang paling mendekati diagram kenyamanan termal, yaitu dengan menggunakan triple glazing, kisi-kisi, dan overhang 1 meter. Diagram yang didapat belum dapat menunjukan bahwa kondisi tersebut sudah mencapai kenyamanan termal. Hal ini terjadi karena simulasi dalam keadaan tertutup. Oleh karena itu, untuk menurunkan kelembaban, hal yang bisa dilakukan adalah membuka jendela atau menggunakan kipas angin untuk meningkatkan kecepatan udara.
PERANCANGAN BANGUNAN HEMAT ENERGI DENGAN PENDEKATAN PERANCANGAN PASIF PADA ASRAMA ATLET di SENAYAN
By : Jessica - 1100028883
Perancangan bangunan hemat energi khususnya energi listrik pada bangunan bertujuan untuk penghematan terhadap sumber daya alam tak terbaharui, karena di Indonesia saat ini pembangkit listrik masih menggunakan bahan bakar fosil. Bahan bakar fosil sendiri saat ini semakin menipis cadangan persediannya, sehingga harganya pun selangit, selain itu penggunaan bahan bakar fosil menghasilkan CO2 yang dapat menyebabkan efek rumah kaca bagi bumi. Efek rumah kaca dapat menyebabkan pemanasan global. Oleh karena bangunan hemat energi khususnya energy listrik menjadi suatu kebutuhan mutlak bangunan saat ini.
Tidak tersedianya asrama atlet yang layak di senayan, dilihat dari efektivitas ruang dan energi dalam hal ini energi listrik, pernyataan ini didasari oleh pengamatan langsung pada kondisi existing, dimana perancangan secara pasif sebagai salah satu solusi.
Perancangan bangunan hemat energi khususnya energi listrik pada bangunan bertujuan untuk penghematan terhadap sumber daya alam tak terbaharui, karena di Indonesia saat ini pembangkit listrik masih menggunakan bahan bakar fosil. Bahan bakar fosil sendiri saat ini semakin menipis cadangan persediannya, sehingga harganya pun selangit, selain itu penggunaan bahan bakar fosil menghasilkan CO2 yang dapat menyebabkan efek rumah kaca bagi bumi. Efek rumah kaca dapat menyebabkan pemanasan global. Oleh karena bangunan hemat energi khususnya energy listrik menjadi suatu kebutuhan mutlak bangunan saat ini.
Tidak tersedianya asrama atlet yang layak di senayan, dilihat dari efektivitas ruang dan energi dalam hal ini energi listrik, pernyataan ini didasari oleh pengamatan langsung pada kondisi existing, dimana perancangan secara pasif sebagai salah satu solusi.
PENERAPAN KONSEP HEMAT ENERGI PADA BANGUNAN WISMA ATLET DENGAN MENGGUNAKAN SOLAR CELL
By : Wibby - 1100010892
Sebagai kawasan olahraga terbesar dan tertua di Indonesia, Gelora Bung Karno menjadi salah satu aset negara yang sangat dibanggakan. Berbagai macam kegiatan yang berhubungan dengan olahraga telah diselenggarakan di kawasan ini, baik acara nasional maupun acara internasional. Kawasan Gelora Bung Karno memiliki berbagai macam fasilitas olahraga maupun fasilitas penunjang yang dapat mendukung segala macam kegiatan para atlet. Fasilitas penunjang seperti wisma atletpun tidak luput dari perencanaan kawasan ini. Seiring perkembangan jaman, beberapa fasilitas yang ada saat ini kondisinya tidak seperti saat pertama kali dibangun. Khususnya kondisi bangunan wisma atlet saat ini yang dahulu digunakan sebagai tempat tinggal karyawan Singapura yang bekerja di Jakarta. Ketidaksesuaian fungsi bangunan tersebut menjadi alasan utama perencanaan pembangunan wisma atlet selanjutnya. Sebagai bangunan yang akan dibangun, sebaiknya bangunan tersebut memiliki konsep yang matang dalam perencanaannya dan mampu menjawab permasalahan lingkungan yang terjadi, termasuk dalam hal penghematan energi. Saat ini, sumber energi yang digunakan oleh sebagian besar bangunan dan penduduk di Indonesia berasal dari energi fosil yang sebenarnya tidak dapat terbarukan dan memiliki emisi yang cukup berbahaya bagi bumi dan seisinya, terlebih lagi kesediannya di Indonesia semakin berkurang. Memiliki sumber energi mandiri merupakan salah satu upaya dalam mengurangi dampak negatif tersebut. Salah satu sumber energi yang ramah terhadap lingkungan yaitu energi matahari.
Letak geografis Indonesia sangat berpotensi dalam memanfaatkan energi matahari tersebut. Sebagai upaya dalam memanfaatkan energi tersebut, dapat menggunakan solar cell sebagai pengkonversi energi panas matahari menjadi energi listrik untuk selanjutnya digunakan sebagai sumber energi bangunan wisma atlet.
Letak geografis Indonesia sangat berpotensi dalam memanfaatkan energi matahari tersebut. Sebagai upaya dalam memanfaatkan energi tersebut, dapat menggunakan solar cell sebagai pengkonversi energi panas matahari menjadi energi listrik untuk selanjutnya digunakan sebagai sumber energi bangunan wisma atlet.
PENERAPAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI DALAM WISMA ATLET di JAKARTA
By : Nikih - 1100018560
Wisma atlet senayan merupakan sebuah bangunan yang mempunyai fungsi untuk persinggahan sementara dari para atlet selama melakukan pertandingan baik Nasional maupun Internasional. Keadaan dari wisma atlet senayan ini cukup memperihatinkan dikarenakan sudah kurang layak untuk digunakan secara efektif, hal tersebut terlihat dari bagian luar dan bagian dalam wisma.
Penerapan hemat energi dalam wisma atlet senayan ini digunakan dengan cara menggunakan bukaan yang efektif pada kamar tidur atlet sehingga tidak menggunakan pencahayaan buatan pada siang hari, menggunakan kisi-kisi dan double skin serta kantilever setiap lantai hunian yang mempunyai tujuan untuk sebagai penghalang akan adanya radiasi matahari tidak langsung mengenai dinding massif maupun dinding transparan yang mengakibatkan beban dari penggunaan AC secara berlebihan yang memerlukan energi listrik berlebihan.
Thursday, 11 August 2011
DESAIN SUNSHADING SEBAGAI UPAYA MENCIPTAKAN KENYAMANAN THERMAL PADA WISMA ATLET di SENAYAN
By : Kris - 1100021391
Desain bentuk pada unit-unit hunian menerapkan bentuk honeycomb (sarang lebah). bentuk hexagon (segienam) pada honeycomb memiliki area pembayangan yang lebih baik daripada bentuk persegi yang memiliki daerah sudut yang berpotensi dalam mendatangkan sinar matahari. hal ini sudah diterapkan melalui proses pembayangan aktual pada site dengan menggunakan software sketchup. untuk sunshadingnya, menggunakan sistem shading pasif berupa penghalau sudut matahari atas (overhang) dan penghalau sudut matahari samping (sidefin). sementara untuk penghalau sudut matahari lainnya menggunakan shading aktif yaitu shading louvre geser, yang dapat digerakkan sesuai dengan kebutuhan tergantung darimana asal sudut datang matahari. untuk memaksimalkan sistem penerangan alami pada siang hari, diberikan jarak antara sisi honeycomb atas dengan overhangnya untuk diberikan ventilasi, agar dapat memungkinkan cahaya alami masuk dan memantul ke dalam ruangan. untuk podium, ada yang menggunakan sistem shading pasif-aktif seperti pada hunian diatas, dan juga menggunakan sistem shading aktif berupa shading lipat yang digerakan berdasarkan kebutuhan besarnya area bukaan yang ingin ditutupi. proses cara menggerakkan shading lipat tersebut dengan cara menggunakan tali yang dapat ditarik dan diulur sesuai kebutuhan untuk menentukan besarnya sudut lipat shading aktif tersebut. lalu pada bukaan (kaca) yang dilindungi oleh shading lipat tersebut merupakan kaca double glazing yang berfungsi sebagai perangkap suhu panas agar tidak diteruskan masuk ke dalam ruangan.
Desain bentuk pada unit-unit hunian menerapkan bentuk honeycomb (sarang lebah). bentuk hexagon (segienam) pada honeycomb memiliki area pembayangan yang lebih baik daripada bentuk persegi yang memiliki daerah sudut yang berpotensi dalam mendatangkan sinar matahari. hal ini sudah diterapkan melalui proses pembayangan aktual pada site dengan menggunakan software sketchup. untuk sunshadingnya, menggunakan sistem shading pasif berupa penghalau sudut matahari atas (overhang) dan penghalau sudut matahari samping (sidefin). sementara untuk penghalau sudut matahari lainnya menggunakan shading aktif yaitu shading louvre geser, yang dapat digerakkan sesuai dengan kebutuhan tergantung darimana asal sudut datang matahari. untuk memaksimalkan sistem penerangan alami pada siang hari, diberikan jarak antara sisi honeycomb atas dengan overhangnya untuk diberikan ventilasi, agar dapat memungkinkan cahaya alami masuk dan memantul ke dalam ruangan. untuk podium, ada yang menggunakan sistem shading pasif-aktif seperti pada hunian diatas, dan juga menggunakan sistem shading aktif berupa shading lipat yang digerakan berdasarkan kebutuhan besarnya area bukaan yang ingin ditutupi. proses cara menggerakkan shading lipat tersebut dengan cara menggunakan tali yang dapat ditarik dan diulur sesuai kebutuhan untuk menentukan besarnya sudut lipat shading aktif tersebut. lalu pada bukaan (kaca) yang dilindungi oleh shading lipat tersebut merupakan kaca double glazing yang berfungsi sebagai perangkap suhu panas agar tidak diteruskan masuk ke dalam ruangan.
RANCANGAN WISMA ATLET SENAYAN-JAKARTA BERDASARKAN MOBILITAS KEGIATAN HARIAN ATLET di SENAYAN
By : Hendri Tandiono - 1100000645
Mobilitas kegiatan harian atlet khususnya di Senayan sebagai kawasan pemusatan latihan menjadi dasar pemikiran utama desain Wisma Atlet Senayan – Jakarta ini. Faktor hubungan ruang dan akses pencapaian merupakan faktor utama yang mempengaruhi mobilitas dari kegiatan harian atlet ini. Kriteria desain berdasarkan mobilitas memperkuat hal tersebut, yakni aspek kemudahan, kenyamanan, keamanan, dan kecepatan. Aspek kemudahan mencakup faktor hubungan ruang sedangkan aspek kenyamanan dan keamanan mencakup faktor akses pencapaian tersebut.
Bangunan ini merupakan hasil redesign dari bangunan lamanya yakni Wisma Fajar Senayan. Bangunan terdiri dari dua tower utama dengan keberadaan podium sebagai fasilitas penunjang yang menggabungkan pencapaian dari kedua tower.Tata ruang dan bentuk massa didasari oleh konsep mobilitas tersebut.
DESAIN WISMA ATLET SENAYAN BERDASARKAN PERILAKU STRES ATLET
By : Eka Setiady - 1100001616
Menjalani kehidupan sebagai atlet olahraga khususnya atlet profesional tidaklah mudah. Kecemasan, tekanan, dan juga tuntutan yang datang baik dari dalam diri sendiri maupun dari lingkungan membuat beban tersendiri bagi atlet sehingga timbulah yang namanya stres tersebut. Padahal stres dapat mempengaruhi atlet baik sebelum maupun sesudah bertanding.
Di sekitar Senayan telah berdiri hunian sebagai tempat tinggal atlet sementara ketika mereka mengikuti kompetisi di Gelora Bung Karno, Senayan. Hunian atlet yang berada di Senayan adalah Hotel Atlet Century dan juga Wisma Fajar. Namun kondisi Wisma Fajar sudah tidak layak sebagai tempat tinggal atlet dikarenakan kondisinya yang tidak terawat dan layout ruang yang tidak sesuai dengan wisma atlet. Kondisi eksisting dengan unit hunian yang di dalamya terdapat tiga buah kamar membuat atlet merasa sesak dan cenderung menambah stres.
Konsep perancangan dari Wisma Atlet ini adalah sebagai suatu wadah hunian untuk para atlet yang mengikuti kompetisi di Gelora Bung Karno agar mudah dijangkau.
Melalui Wisma Atlet yang baru ini para atlet diharapkan dapat memiliki hunian sementara yang layak dan juga memiliki ruang – ruang yang dibutuhkan oleh atlet sehingga stres yang timbul dapat ditekan.
Di sekitar Senayan telah berdiri hunian sebagai tempat tinggal atlet sementara ketika mereka mengikuti kompetisi di Gelora Bung Karno, Senayan. Hunian atlet yang berada di Senayan adalah Hotel Atlet Century dan juga Wisma Fajar. Namun kondisi Wisma Fajar sudah tidak layak sebagai tempat tinggal atlet dikarenakan kondisinya yang tidak terawat dan layout ruang yang tidak sesuai dengan wisma atlet. Kondisi eksisting dengan unit hunian yang di dalamya terdapat tiga buah kamar membuat atlet merasa sesak dan cenderung menambah stres.
Konsep perancangan dari Wisma Atlet ini adalah sebagai suatu wadah hunian untuk para atlet yang mengikuti kompetisi di Gelora Bung Karno agar mudah dijangkau.
Melalui Wisma Atlet yang baru ini para atlet diharapkan dapat memiliki hunian sementara yang layak dan juga memiliki ruang – ruang yang dibutuhkan oleh atlet sehingga stres yang timbul dapat ditekan.
Wisma Atlet ini akan menyediakan hunian atlet dan juga fasilitas – fasilitas yang mampu membuat stres atlet menurun, seperti: Lounge untuk mendengarkan musik, ruang konseling dengan atlet, ruang pijat untuk relaksasi, dan juga kamar hunian yang dibuat cukup luas sehingga atlet tidak merasa sesak.
Desain Wisma Atlet yang baru ini nantinya akan memperhatikan perilaku atlet terutama perilaku stres atlet sehingga nantinya kebutuhan akan ruang dan juga desain dari ruang di dalamnya dapat menurunkan stres atlet.
Desain Wisma Atlet yang baru ini nantinya akan memperhatikan perilaku atlet terutama perilaku stres atlet sehingga nantinya kebutuhan akan ruang dan juga desain dari ruang di dalamnya dapat menurunkan stres atlet.
PERANCANGAN WISMA ATLET di SENAYAN BERDASARKAN PERILAKU ISTIRAHAT ATLET
By : Winda Hartanti - 1100040825
Bentuk massa terbentuk berdasarkan pola perilaku atlet saat beristirahat. Hasil dari pengamatan terhadap atlet pelatnas, pola yang terbentuk saat mereka istirahat yaitu setiap kelompok memiliki teritorinya masing-masing sehingga membentuk lingkaran pada pinggir lapangan, khususnya ditempat teduh.
Bentuk massa terbentuk berdasarkan pola perilaku atlet saat beristirahat. Hasil dari pengamatan terhadap atlet pelatnas, pola yang terbentuk saat mereka istirahat yaitu setiap kelompok memiliki teritorinya masing-masing sehingga membentuk lingkaran pada pinggir lapangan, khususnya ditempat teduh.
Hubungan yang terbentuk antara pola istirahat atlet dengan pola massa bangunan sangat dekat, keduanya memiliki pola yang sama namun berbeda fungsi. Dengan pola yang sama, diharapkan atlet dapat memanfaatkan pola ruang istirahatnya di dalam tapak wisma sama dengan pola istirahatnya pada saat dipinggir lapangan.
Area fasilitas dengan blok hunian dihubungkan dengan ramp. Penggunaan ramp dengan pertimbangan agar atlet-atlet penyandang cacat pun dapat turut serta menggunakan fasilitas istirahat di ruang luar dengan nyaman. Selain itu, dengan penggunaan ramp pun atlet dapat lebih merasakan keberadaannya diarea ruang luar.
DESAIN KAMAR WISMA ATLET BERDASARKAN PERILAKU ISTIRAHAT ATLET
By : Irena Agnesia - 1100031240
Jakarta sering menjadi tempat penyelenggaraan event-event olahraga berskala nasional maupun internasional. Dengan adanya event-event tersebut, maka muncul kebutuhan hunian sementara untuk menampung para atlet dalam rangka pelatihan untuk persiapan pertandingan dan pada saat pertandingan itu sendiri. Pada tahun 1974 dibangun tiga gedung sepuluh lantai yang dijanjikan diperuntukkan tempat penginapan bagi para atlet, namun kenyataannya hingga kini gedung yang bernama Wisma Fajar (Fairbank) itu tidak pernah digunakan oleh atlet lagi. Layout wisma Fajar memiliki zoning ruang yang berbeda dengan wisma atlet pada umumnya, menyebabkan tidak dapat mewadahi aktivitas keseharian yang sesuai dengan kebutuhan atlet, khususnya istirahat. Perancangan arsitektur ditujukan untuk manusia maka untuk mendapatkan perancangan yang baik arsitek perlu mengerti apa yang menjadi kebutuhan manusia. Atau dengan kata lain, mengerti perihal perilaku manusia dalam arti luas. Kehadiran proyek pembangunan Wisma Atlet ini bertujuan agar mampu memenuhi atau memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada pada bangunan sekarang ini, khususnya pada kamar agar atlet-atlet dapat beristirahat dengan nyaman dengan didasarkan pada studi perilaku istirahat atlet. Dengan kebutuhan istirahat atlet yang terpenuhi, performa atlet pun dapat terpengaruh untuk menjadi lebih baik.
PENERAPAN FLEKSIBILITAS RUANG PADA WISMA ATLET SENAYAN JAKARTA BERBASIS PERILAKU SOSIAL ATLET
By Dhandya Surya Ichsani - 0900802494
Jakarta dengan berbagai kegiatan yang menimbulkan banyaknya akan kebutuhan ruang serta terbatasnya ruang menjadi pemicu awal masalah yang timbul dalam skala luas.atlet atau pelaku olahraga salah satu dari bagian pengisi ruang hidup di jakarta yang khususnya membutuhkan wadah untuk melakukan banyak kegiatan dalam satu tempat tinggal masif,karena itulah peran ruang yang fleksibel itu sendiri menjadi pemecah masalah atau solusi dari masalah tersebut.Mengenai fleksibilitas ruang itu sendiri mempunyai arti adalah sebuah ruang atau ruangan yang dapat membagi menjadi beberapa jenis ruang.fleksibilitas ruang itu sendiri mempuyai konsep yang dapat digolongkan menjadi 3 jenis,antara lain:
1.ekspandibilitas
2.vertabilitas
3.convertibilitas
DESAIN WISMA ATLET di SENAYAN BERDASARKAN PERILAKU LATIHAN ATLET
By : Johan - 1100035296
Olahraga yang telah menjadi bahasa internasional begitu banyak diminati oleh segala jenis lapisan masyarakat, termasuk masyarakat Indonesia. Hanya saja para pendukung dikecewakan dengan penurunan prestasi para atlet Indonesia. Hal ini tentu menjadi perhatian bangsa. Atlet membutuhkan sarana-sarana untuk menunjang kehidupannya, terutama tempat tinggal yang layak. Selain tempat tinggal, para atlet membutuhkan fasilitas-fasilitas latihan yang memadai sehingga dapat meningkatkan kemampuannya. Untuk Tugas Akhir ini, akan dirancang sebuah bangunan wisma atlet di Senayan. Rumusan masalah yang terdefinisi adalah bagaimanakah menghasilkan sebuah wisma atlet yang membuat penghuni di dalamnya memiliki perilaku/behavior latihan yang positif ? Berangkat dari latar belakang dan masalah tersebut, dibuatlah Karya Tugas Akhir ini yang bertujuan untuk menciptakan sebuah karya arsitektural berupa wisma atlet beserta fasilitas penunjangnya yang dapat mengakomodasi latihan atlet dengan baik. Dengan metode analisis data analisis deskriptif, dan metode studi lapangan dan studi literatur, didapat bahwa wisma atlet yang baik harus mengakomodasi 3 (tiga) aspek latihan yaitu latihan kekuatan, latihan kelincahan, dan latihan ketahanan. Selain aspek fisik, aspek mental atlet juga harus dilatih antara lain dengan cara meditasi, dan relaksasi melalui spa. Dari data tersebut, diterapkan dalam desain wisma atlet Senayan yang mengakomodasi fasilitas latihan yang diperlukan oleh atlet supaya kualitas latihannya maksimal.
Olahraga yang telah menjadi bahasa internasional begitu banyak diminati oleh segala jenis lapisan masyarakat, termasuk masyarakat Indonesia. Hanya saja para pendukung dikecewakan dengan penurunan prestasi para atlet Indonesia. Hal ini tentu menjadi perhatian bangsa. Atlet membutuhkan sarana-sarana untuk menunjang kehidupannya, terutama tempat tinggal yang layak. Selain tempat tinggal, para atlet membutuhkan fasilitas-fasilitas latihan yang memadai sehingga dapat meningkatkan kemampuannya. Untuk Tugas Akhir ini, akan dirancang sebuah bangunan wisma atlet di Senayan. Rumusan masalah yang terdefinisi adalah bagaimanakah menghasilkan sebuah wisma atlet yang membuat penghuni di dalamnya memiliki perilaku/behavior latihan yang positif ? Berangkat dari latar belakang dan masalah tersebut, dibuatlah Karya Tugas Akhir ini yang bertujuan untuk menciptakan sebuah karya arsitektural berupa wisma atlet beserta fasilitas penunjangnya yang dapat mengakomodasi latihan atlet dengan baik. Dengan metode analisis data analisis deskriptif, dan metode studi lapangan dan studi literatur, didapat bahwa wisma atlet yang baik harus mengakomodasi 3 (tiga) aspek latihan yaitu latihan kekuatan, latihan kelincahan, dan latihan ketahanan. Selain aspek fisik, aspek mental atlet juga harus dilatih antara lain dengan cara meditasi, dan relaksasi melalui spa. Dari data tersebut, diterapkan dalam desain wisma atlet Senayan yang mengakomodasi fasilitas latihan yang diperlukan oleh atlet supaya kualitas latihannya maksimal.
DESAIN RUANG DALAM di WISMA ATLET BERDASARKAN INTERAKSI SOSIAL ATLET
By : Bobby Gunawan - 1100012052
Jakarta adalah kota yang terus mengalami perkembangan dan selalu terus memperbaiki kualitas kotanya. Oleh karena itu, kondisi wisma fajar di Jakarta yang ada sekarang ini sudah tidak memenuhi syarat lagi, dimana sarana tersebut yang dibangun untuk mess pegawai singapura dan digunakan untuk wisma atlet. Bangunan tersebut sudah tidak digunakan lagi dan sebagi penggantinya pemerintah membangun hunian untuk para atlet yaitu Hotel Atlet Century yang berada dikawasan Senayan, Jakarta. Pada dasarnya manusia adalah mahluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain dalam kegiatannya. Salah satunya adalah berinteraksi sosial. Interaksi sosial yang baik adalah komunikasi yang terjadi secara langsung dengan orang lain. Oleh karena itu, interaksi sosial dapat menciptakan ruang karena ada kebutuhan dari manusia itu sendiri. Dalam hal ini atlet perlu berinteraksi dengan atlet lain agar dapat berbagi pengalaman, cerita, dan sebagainya sehingga tidak terjadi penurunan prestasi, apalagi pada saat atlet mengalami kekalahan, sangat diperlukan interaksi untuk menenangkan atlet tersebut. Lalu bagaimana interaksi sosial dapat menciptakan ruang? Karena kebutuhan interaksi sosial, budaya berkumpul itu ada dan menghasilkan ruang sosial. Untuk menciptakan ruang sosial, digunakan teori dalam interaksi sosial yang dikeluarkan oleh Edward T. Hall yaitu teori Proksemik. Dimana unsur dari interaksi sosial yaitu jarak orang dalam berkomunikasi membentuk sebuah ruang sosial.
RANCANGAN WISMA ATLET SENAYAN JAKARTA BERBASIS PERILAKU INDIVIDU DAN KELOMPOK
Perkampungan atlet Senayan berlokasi di Jalan Pintu Satu Senayan, Jakarta Pusat, adalah salah satu wisma untuk penginapan para atlet yang akan melakukan latihan dan perlombaan di area Gelora Bung Karno (GBK) Senayan. Kondisi wisma cukup memprihatinkan, terlebih kondisi fungsi awal yang tidak di desain untuk wisma atlet sehingga tidak mencerminkan karakteristik atlet. Sedangkan atlet memiliki perbedaan dalam pola perilaku yang dapat terbagi menjadi perilaku atlet yang berolahraga secara individu dan kelompok. Pengelompokkan atlet individu dan kelompok disesuaikan dengan jenis-jenis olahraga yang terdapat pada Gelora Bung Karno Senayan.
Tulisan ini adalah hasil penelitian yang menggunakan metode analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil yang didapat adalah mengetahui perbedaan perilaku atlet individu dan kelompok di dalam ruang dalam memanfaatkan bangunan wisma atlet. Segala hasil pengamatan akan di olah kedalam desain wisma atlet Senayan Jakarta.
Subscribe to:
Posts (Atom)