Jakarta sering menjadi tempat penyelenggaraan event-event olahraga berskala nasional maupun internasional. Dengan adanya event-event tersebut, maka muncul kebutuhan hunian sementara untuk menampung para atlet dalam rangka pelatihan untuk persiapan pertandingan dan pada saat pertandingan itu sendiri. Pada tahun 1974 dibangun tiga gedung sepuluh lantai yang dijanjikan diperuntukkan tempat penginapan bagi para atlet, namun kenyataannya hingga kini gedung yang bernama Wisma Fajar (Fairbank) itu tidak pernah digunakan oleh atlet lagi. Layout wisma Fajar memiliki zoning ruang yang berbeda dengan wisma atlet pada umumnya, menyebabkan tidak dapat mewadahi aktivitas keseharian yang sesuai dengan kebutuhan atlet, khususnya istirahat. Perancangan arsitektur ditujukan untuk manusia maka untuk mendapatkan perancangan yang baik arsitek perlu mengerti apa yang menjadi kebutuhan manusia. Atau dengan kata lain, mengerti perihal perilaku manusia dalam arti luas. Kehadiran proyek pembangunan Wisma Atlet ini bertujuan agar mampu memenuhi atau memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada pada bangunan sekarang ini, khususnya pada kamar agar atlet-atlet dapat beristirahat dengan nyaman dengan didasarkan pada studi perilaku istirahat atlet. Dengan kebutuhan istirahat atlet yang terpenuhi, performa atlet pun dapat terpengaruh untuk menjadi lebih baik.
No comments:
Post a Comment